Oleh M. Fuad Nasar

Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang tanggal 1 November 2023 genap berusia 1 abad sejak didirikan oleh Ibu Rahmah El Yunusiyyah pada 1 November 1923. Puncak resepsi Milad 1 Abad Diniyyah Puteri digelar tanggal 4 November 2023 dihadiri oleh Wakil Presiden ke-10 dan 12 Republik Indonesia Muhammad Jusuf Kalla beserta Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, mantan Wamendiknas Fasli Djalal, budayawan Taufiq Ismail, sejumlah undangan pejabat dan tokoh masyarakat serta para alumni Diniyyah Puteri dari berbagai daerah.  

Sejarah Diniyyah Puteri Padang Panjang identik dengan perjuangan Ibu Rahmah El Yunusiyyah yang tak akan terlupakan. Rahmah El Yunusiyyah dilahirkan di Padang Panjang tahun 1900 merupakan satu-satunya ulama perempuan di masa itu yang dianugerahi gelar Syaikhah oleh Universitas Al-Azhar Cairo Mesir. Khairul Jasmi penulis novel biografi Syaikhah Rahmah El Yunusiyyah pendiri sekolah perempuan pertama di Indonesia menyebutnya sebagai tokoh “perempuan yang mendahului zaman.”

“Kalau pada waktu sekarang orang mendirikan sekolah, adalah hal yang biasa. Akan tetapi pada waktu lebih 50 tahun yang lalu (hitungan sekarang 100 tahun yang lalu, pen) di mana orang menganggap wanita itu haram masuk sekolah, ada orang yang berani mendirikan sekolah untuk wanita, seperti Ibu Rahmah, maka itu adalah hal yang luar biasa. Di sinilah letak pentingnya Diniyyah Puteri, dan disitulah pentingnya Ibu Rahmah. Beliau telah meninggalkan jasa yang sangat besar, bukan untuk tanah Minang saja, tetapi juga untuk seluruh Indonesia bahkan untuk seluruh dunia wanita.” ungkap Prof. Dr. H. A. Mukti Ali, Menteri Agama RI periode 1971 – 1978 dalam buku H. Rahmah El Yunusiyyah dan Zainuddin Labay El Yunusy: Dua Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan Di Indonesia yang dikutip dari pidato menteri agama saat mengunjungi Perguruan Diniyyah Puteri.

Kehadiran Perguruan Diniyyah Puteri dilatar-belakangi cita-cita dan kepedulian Rahmah El Yunusiyyah untuk mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan melalui kesetaraan pendidikan. Rahmah mendobrak tradisi lama yang menghambat kaum perempuan mendapat kesempatan mengenyam pendidikan yang memadai sama seperti kaum laki-laki.

Pendidikan yang diselenggarakan oleh Perguruan Diniyyah Puteri sebagaimana digariskan Rahmah bertujuan untuk membentuk puteri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap, aktif serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar pengabdian kepada Allah Swt.

Pengorbanan Rahman secara moril maupun materil untuk Diniyyah Puteri luar biasa. Ia masih sempat menyaksikan perjuangannya membuahkan hasil yang disyukuri. Murid-murid Diniyyah Putri sampai akhir dekade 60-an berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei. Diniyyah Puteri Padang Panjang merupakan sekolah pesantren khusus puteri pertama di Indonesia dan Asia Tenggara.

Kemandirian pesantren Diniyyah Puteri dibuktikan oleh Rahmah yang menolak subsidi dari pemerintah Hindia Belanda. Perguruan Islam itu tidak mau berada di bawah pengaruh kekuasaan kolonial. Sikap mandiri dan menjaga harga diri yang dipegang teguh Diniyyah Puteri sama dengan prinsip berdikari (berdiri di kaki sendiri) yang dianut Taman Siswa Yogyakarta. “Kalau subsidi dari pemerintah kolonial telah diterima, lepaslah pimpinan dari tangan awak.” ujarnya.  

Selama masa revolusi kemerdekaan tahun 1945 – 1949, Rahmah terjun ke medan perjuangan fisik. Ia menjadi Bundo Kanduang dari barisan Sabilillah dan Hizbullah di Sumatera Barat.  Di masa revolusi kemerdekaan, Perguruan Diniyyah Puteri memberikan andil perjuangan dengan sarana dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Rahmah adalah pahlawan dan pejuang kemerdekaan dari kalangan perempuan.

Rektor Universitas Al-Azhar Cairo Dr. Syekh Abdurrahman Taj tahun 1955 mengunjungi Indonesia dan meninjau Diniyyah Puteri Padang Panjang. Pemimpin Al-Azhar itu terkesan dengan pendidikan Diniyyah Puteri. Di Mesir belum ada sekolah khusus untuk perempuan. Rahmah diundang ke Universitas Al-Azhar untuk membentangkan pengalamannya membangun pendidikan Islam di Indonesia.

Pemimpin Diniyyah Puteri Rahmah El Yunusiyyah adalah ulama perempuan pertama di seluruh Dunia Islam yang dianugerahi gelar kehormatan “Syaikhah” dari Universitas Al-Azhar. Sistem dan model pendidikan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang menginspirasi Universitas Al-Azhar hingga mendirikan Kulliyatul Banat yakni fakultas khusus untuk perempuan sebagai bahagian dari Al-Azhar.

Pada tahun 1958 untuk pertama kali alumni Diniyyah Puteri mendapat beasiswa melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar di Mesir.  Lulusan  Diniyyah Puteri yang  memperoleh kesempatan pertama melanjutkan studi ke Mesir dengan beasiswa dari Al-Azhar, antara lain Zakiah Daradjat (terakhir Pejabat Tinggi Kementerian Agama, anggota DPA-RI, dan Guru Besar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Isnaniyah Saleh (terakhir Pimpinan Perguruan Diniyah Puteri Padang Panjang).

Pahlawan pendidikan Islam yang tangguh itu berpulang ke Rahmatullah pada malam takbiran Hari Raya Idul Adha tanggal 26 Februari 1969/malam 10 Dzulhijjah 1388 H di Padang Panjang. Rumah kediamannya sekarang diabadikan menjadi Museum Rahmah El Yunusiyyah.

Prof. Dr. Hamka dalam artikel Kenangan Pada Pejuang Wanita Islam Ibu Rahmah El Yunusiyyah pada Majalah Kiblat No 21 – April Ke-I/1969 menulis sebagai berikut:

“Pada tahun 1926, karena gempa bumi yang hebat di Padang Panjang, runtuhlah dan hancur sekolah Diniyyah Puteri yang telah didirikannya beberapa tahun. Sebelum itu abangnya (Zainuddin Labay El Yunusy, pen) telah wafat, dan karena gempa itu pula gurunya (Syaikh Dr. H. Abdul Karim Amrullah, pen) tidak kembali lagi ke Padang Panjang. Sejak itulah sampai akhir hayatnya Kak Amah, Ibu Rahmah El Yunusiyyah, bertumbuh menjadi suatu pribadi wanita Islam yang besar, Dikumpulnya murid-murid puteri dari seluruh Sumatera sampai ke Semenanjung Tanah Melayu.  Dia gariskan jalan sendiri dalam pendidikan puteri Islam. Mendalami didikan agama, menambah pengetahuan Islam dan umum, dan tetap menjaga kepribadian muslimat, baik dalam pergaulan ataupun dalam berpakaian. Wajahnya selalu memancarkan sinar iman, yaitu iman yang menumbuhkan rasa percaya kepada diri sendiri. Alim dan shaleh, mempunyai cinta keibuan yang mendalam.”

Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang yang kini dipimpin oleh Hj. Fauziah Fauzan El Muhammady merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam terkemuka di tanah air dalam menyiapkan generasi umat yang tangguh. Diniyyah Puteri membawa pencerahan bukan hanya bagi ranah Minang, tetapi mewarnai Indonesia melalui puluhan ribu alumninya yang tersebar di seluruh tanah air dan manca negara.

Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang menyelenggarakan program Pendidikan Anak Usia Dini, Madrasah Ibtidaiyyah Swasta, Madrasah Tsanawiyyah Swasta, Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Aliyah Swasta Kulliyatul Mu’allimat El Islamiyyah, dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT).

Seiring dengan perkembangan zaman Perguruan Diniyyah Puteri mengembangkan visi menjadi pusat pendidikan Islam modern berlandaskan  Al-Qur’an dan Hadits yang menghasilkan karya di pentas dunia. Diniyyah Puteri menetapkan misinya ialah; (1) membangun dan mengembangkan berbagai pusat keunggulan pengetahuan bersumberkan Al Qur’an dan Hadits, (2) Menyiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas global dan berakhlak sesuai syariah, (3) Mengembangkan kegiatan usaha secara profesional untuk mencapai kemandirian berkarya.

Perjuangan dan pengabdian Rahmah El Yunusiyyah adalah mutiara berharga dalam sejarah pendidikan Islam dan sejarah dunia pesantren. Gelar Pahlawan Nasional pantas diberikan oleh pemerintah sebagai pengakuan dan penghargaan negara atas perjuangan Rahmah El Yunusiyyah, Pendiri Diniyyah Puteri, untuk agama, bangsa dan negara Republik Indonesia.