Oleh M. Fuad Nasar

Siapa yang ingat nama Joserizal Jurnalis. Pejuang kemanusiaan yang wafat tiga tahun lalu diabadikan menjadi nama wisma relawan di Gaza yaitu Wisma dr. Joserizal Jurnalis.

Sebelum lebih jauh mengenang pengabdian Joserizal Jurnalis, saya ingin lebih dulu mengulas tragedi Gaza yang menjadi highline issues hari-hari belakangan ini. Rumah Sakit Indonesia di Gaza dan area Wisma dr. Joserizal Jurnalis terdampak agresi dan serangan udara pasukan Israel, Oktober 2023.

Menurut laporan Komisi Kesehatan dan Kemanusiaan di Gaza tanggal 31 Oktober 2023, korban meninggal mencapai 8.525 orang di pihak Palestina, di antaranya 3.542 anak-anak, serta jutaan pengungsi. Pendudukan Israel telah membantai 926 keluarga Palestina, dan tragisnya sekitar 1.100 anak dan 900 lainnya hilang atau masih mempertaruhkan nyawa di bawah puing-puing reruntuhan bangunan. Memasuki minggu kedua November 2023, korban tewas di Gaza telah mencapai 11.000 jiwa. Dua per tiga korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak.    

Menteri pendidikan Gaza mengeluarkan pernyataan resmi bahwa tahun ajaran 2023/2024 telah berakhir. Hal ini terjadi lantaran seluruh siswa Palestina telah terbunuh akibat serangan bom yang dilakukan Israel di Gaza. 

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengecam keras serangan terhadap fasilitas kesehatan dan tenaga medis di Gaza. Organisasi World Medical Association (WMA) atau Asosiasi Medis Dunia juga mengeluarkan seruan mendesak kepada semua pihak yang berkonflik agar mematuhi norma-norma Hukum Humaniter Internasional.

Gaza tercatat dalam sejarah merupakan kota kelahiran salah satu imam mazhab hukum islam yang masyhur yaitu Imam Syafii (150H/767M – 204 H/819 M). Kemegahan bangunan di kota tua itu sebagian porak-poranda akibat perang dan agresi Israel.

Mengutip Rory Asyari Your News Guy di instagram, serangan udara dan invasi darat Israel yang membabi buta ke Palestina juga menarget jurnalis yang bertugas di Gaza. Sejauh ini 36 orang jurnalis tewas akibat serangan Israel. Investigasi New York Times terhadap pemboman rumah sakit menemukan Israel memakai bukti palsu. Video yang dipakai pemerintah Israel buat membuktikan bahwa mereka tidak menarget rumah sakit ternyata malah menunjukkan roket Israel. Roket yang ada dalam video bukan roket yang sama dengan roket yang menghantam rumah sakit. Banyak pihak menuding Israel tengah melakukan ethnic cleansing terhadap warga Palestina di Gaza demi menguasai wilayah Gaza. Ketika Israel menyerang balik ke Palestina dengan dalih menghancurkan tempat-tempat persembunyian dan markas Hamas, tapi justru menyasar pemukiman padat penduduk, masjid, dan rumah sakit.

Palestina adalah negara yang sah dan berdaulat, namun sebagian wilayah tanah airnya direbut dan diduduki Israel. Pengusiran paksa warga Palestina dari negerinya telah berlangsung sejak lama. Pejuang kemerdekaan, mantan Menteri Luar Negeri RI dan Duta Besar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Dr. H. Roeslan Abdulgani pernah mengungkapkan bahwa tidak dapat dibantah masalah Palestina adalah masalah yang paling tragis sejak permulaan abad ke-20. Suatu bangsa yang tak berdosa diteror dan diusir dari tanah airnya sendiri oleh kekuatan-kekuatan asing, yang ingin membangun di Timur Tengah suatu pangkalan politik dan militer untuk memecah-belah Nasionalisme Arab dan untuk membendung kebangkitan Islam. Kekuatan-kekuatan asing itu ialah tidak lain dari kekuatan gerakan Zionisme Internasional.

Pernyataan di atas disampaikan Cak Roeslan dalam pada Seminar memperingati Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina yang disponsori UNIC Jakarta dan Panitia Indonesia Pembantu Pembebasan Palestina dan Masjidil Aqsha tahun 1987.

Terlepas dari politik luar negeri sebagian negara-negara Arab terhadap konflik Palestina dan Israel, namun kepedulian terhadap perjuangan rakyat Palestina menjadi cerminan sikap dan keberpihakan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan universal. Pihak Israel barangkali tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan selama ini terhadap rakyat Palestina sebetulnya menentang kitab suci agamanya sendiri. Pendekatan kemanusiaan dinilai penting untuk menghentikan kekejaman Israel terhadap rakyat sipil Palestina setelah pendekatan diplomasi dan hukum internasional tidak berdaya. Selain itu pendekatan literasi juga perlu untuk lebih membuka mata dunia, termasuk Israel sendiri, terhadap tindakan yang melampaui batas di Palestina.

Serangan udara Israel Oktober lalu dikabarkan menargetkan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Staf lokal MER-C yang tengah berada di lokasi, Abu Romzi, tewas sebagai syahid dalam kejadian itu. Serangan Israel yang merusak dan mengepung rumah sakit, membombardir pemukiman penduduk, menyerang jurnalis, dan menewaskan anak-anak yang tak berdosa tidak dapat dibenarkan apa pun alasannya. Israel juga menghancurkan mobil operasional MER-C yang berada di depan Wisma dr. Joserizal Jurnalis.

Mari kita mengenang sekilas pengabdian Joserizal Jurnalis yang namanya diabadikan di Gaza.

Semasa hidupnya Joserizal seorang aktivis kemanusiaan yang membantu korban perang dan bencana. Joserizal Jurnalis adalah pendiri dan Dewan Pembina Medical Emergency Rescue Committee atau lebih dikenal dengan singkatan MER-C. Dokter pengabdi kemanusiaan itu telah berpulang 3 tahun silam, tepatnya Senin 20 Januari 2020 di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta pada usia 56 tahun.

Dilahirkan di kota Padang, Sumatera Barat, 11 Mei 1963, dia  merupakan dokter spesialis Bedah Orthopedi dan Traumatologi. Joserizal putra dari Prof. Dr. Ir. Jurnalis Kamil, Ph.D, seorang akademisi ahli pertanian dan Rektor Universitas Andalas Padang tahun 1984-1993, sedangkan ibunya juga seorang guru besar di Universitas Negeri Padang (dahulu IKIP Padang) yakni Prof. Dr. Zahara Idris.

Joserizal menamatkan pendidikannya pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tahun 1988. Melanjutkan pendidikan spesialis Bedah Orthopedi dan Traumatologi di FKUI. Joserizal memilih jalan yang penuh risiko, tetapi mulia dan bermanfaat untuk kemanusiaan. Secara totalitas dia menjadi aktivis kemanusiaan. Joserizal memiliki komitmen, kepedulian dan ketulusan mengabdi untuk kepentingan kemanusiaan.  

Organisasi MER-C yang didirikan Joserizal Jurnalis dan tempatnya mengabdi sampai akhir hayat banyak melakukan pertolongan medis ke wilayah-wilayah konflik dan perang. Yoserizal bercita-cita membangun rumah sakit di Gaza, di daerah konflik dan perang, namun terkendala kepemilikan tanah. Niat mulia itu terlaksana setelah Menteri Kesehatan Palestina menghibahkan tanah di Gaza. Melalui Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan Palestina menawarkan, kalau kami beri tanah bisakah Indonesia membangun rumah sakit di Gaza? Rumah sakit sangat dibutuhkan warga Gaza. Menteri Kesehatan RI menghubungi pendiri MER-C yaitu Joserizal Jurnalis, dan ternyata Joserizal memiliki cita-cita untuk membangun Rumah Sakit di Gaza. MER-C mengawal pekerjaan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang mulai dikerjakan sejak tahun 2011. Bahkan MER-C membantu merekrut tenaga medis sampai rumah sakit yang dibangun dengan uang donasi masyarakat Indonesia itu siap beroperasi.

Selain itu, MER-C bersama Pemerintah RI merintis pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine State Myanmar yang juga merupakan wilayah konflik.  Jejak kebajikan yang dilakukan Joserizal Jurnalis atas panggilan misi kemanusiaan dilanjutkan oleh penerusnya secara estafet di MER-C sampai sekarang.

Pada hari ketiga setelah dokter Joserizal Jurnalis berpulang, saya mengunjungi makamnya di TPU Pondok Ranggon Jakarta Timur. Saat pemakaman saya berhalangan hadir karena di kantor harus memimpin rapat dengan tim dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan membahas regulasi wakaf uang. Saya menatap pusara Joserizal yang sepi di bawah langit mendung. Meski tidak sempat berkenalan secara pribadi dengan almarhum di masa hidupnya, namun menaruh hormat atas pengabdiannya.

Kepergian Joserizal Jurnalis untuk selamanya menggugah simpati dan kesaksian banyak orang bahwa dia telah mewakafkan ilmu, profesi  dan masa mudanya untuk berkhidmat menolong sesama manusia di bumi Allah. Joserizal Jurnalis adalah salah satu putra terbaik Indonesia yang melaksanakan nilai-nilai Pancasila dan amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar negara kita. Joserizal Jurnalis ditakdirkan tidak gugur sebagai syahid di Palestina. Tetapi amal dan jasanya menolong sesama semoga menyampaikannya ke tempat yang penuh kemuliaan disisi Allah Swt dan surga-Nya yang terindah.

Mencermati perkembangan isu Palestina yang kian gawat dan memprihatinkan, maka sebagai bagian dari suara hati nurani global dan empati jutaan manusia kita menyerukan stop peperangan, hormati kemuliaan tempat suci Masjid Al-Aqsha, dan lindungi bangsa Palestina dengan menghentikan genosida oleh pasukan Israel. Pemerintah dan rakyat Indonesia akan tetap mendukung perjuangan rakyat Palestina sejalan dengan amanat konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.